Home » 🏝 Wisata Solo » Sisi Menarik dari Candi Sukuh

Sisi Menarik dari Candi Sukuh

Indonesia dulunya bukanlah sebuah negara republik seperti saat ini. Sebelumnya, cukup banyak kerajaan besar dan kecil didirikan, utamanya di daerah Jawa. Sehingga, pada pulau tersebut mudah ditemukan peninggalan mulai dari prasasti, arca, atau Candi Sukuh yang lumayan kontroversial.

Penemuan Candi Sukuh

Candi ini sebenarnya sudah ditemukan pada masa penjajahan. Saat itu, kerajaan Inggris Raya yang menduduki tanah Jawa tahun 1815. Pasukan ini dipimpin oleh Sir Thomas Stanford Raffles, kemudian mengutus seseorang untuk pergi ke kota Solo, bernama Johnson.

Dia ditugaskan untuk mengumpulkan data-data, sebagai bahan bagi buku atasannya berjudul The History of Java. Akhirnya Johnson berkeliling sekaresiden Surakarta. Di tengah perjalanannya, ia menemukan sebuah candi. Namun, lelaki itu hanya melaporkan tanpa menindak lanjuti.

Tahun 1842, ketika itu masa pemerintahan Inggris Raya telah berakhir dan digantikan oleh koloni Belanda. Pada 1928, Van der Lis, arkeolog dari negara tersebut melakukan penelitian di sekitar Surakarta. Ketika menemukannya, ia langsung melakukan pemugaran pertama.

Letak Candi Sukuh

Kalau Kamu warga Jawa Tengah, pasti sudah familiar dengan lokasi candi ini, kan? Letaknya berada di lereng kaki Gunung Lawu dengan ketinggian 1.186 meter di atas permukaan laut, Dukuh (dusun) Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.

Warga Karangannyar bisa ke sini tanpa memakan waktu lama karena hanya berjarak 20km dari lokasi. Sedangkan kalau Kamu tinggal di Surakarta jaraknya sekitar 36km. Dan untuk masyarakat Kota Solo, cukup menempuh waktu 1 jam setengah agar dapat melihat keunikan Candi Sukuh.

Bentuk Candi Sukuh

Kalau dilihat, bentuk dari Candi Sukuh tidak terlalu rapi seperti Borobudur, Prambanan dan lainnya. Namun, strukturnya pasti mengingatkan orang-orang seperti peninggalan suku Aztec di Meksiko atau bahkan Piramida Giza, Mesir.

Batuan andesit yang dipakai di sini, disusun membentuk trapesium dan diberi atap pada bagian atas. Bukannya tegak lurus layaknya candi lain serta ukurannya tidak terlalu besar. Sebagian menganggapnya aneh, namun ada beberapa orang berpikir bahwa itu unik.

Seorang arkeolog Belanda, W.F Stutterheim mengemukakan teorinya mengenai candi ini. Pertama, memang pembangunnya bukan tukang batu. Kedua, mungkin saja tidak berasal dari keraton. Ketiga, saat itu masih masa keruntuhan Majapahit, jadi mustahil membangun bangunan besar.

Teras Pertama Candi Sukuh

Apakah Kamu tahu kalau candi Sukuh ini juga berbentuk teras-teras? Jadi, pada bagian pertama terdapat gerbang utama bernama sengkala memet. Atau orang Jawa bilang gapura buta aban wong (raksasa besar memakan manusia). Agak seram juga, ya!

Masing-masing bagian dari gapura memiliki makna dengan angka 9, 5, 3, 1. Kalau dibalik, menjadi tahun 1359 Saka (penanggalan Hindu). Hal tersebut dianggap sebagai awal dibangunnya candi ini. Tapi, tidak sedikit juga yang menafsirkan berakhirnya pembangunan.

Di samping itu, terdapat pula relief sengkala memet lagi bergambar gajah bersorban menggigit bagian belakang ular. Lambang tersebut dianggap berbunyi gapura buta anahut buntut (raksasa besar menyahut ekor). Tafsirannya masih sama, yakni penanggalan Saka tahun 1359.

Teras Kedua Candi Sukuh

Sayangnya, gapura kedua candi yang dekat dengan Kota Solo ini sudah rusak. Namun, masih terdapat arca penjaganya, jenis dwarapala. Jumlahnya pun tidak banyak, namun keadaannya juga sama. Sedikit hancur di sana-sini, bahkan atapnya telah hilang.

Saat ditemukan pertama kali oleh Sir Thomas Stanford Raffles dan Johnson pun, keadaannya sudah terbelah dua. Ditambah lagi, seiring berkembangnya jaman, beberapa batuannya mulai terkikis. Jadi, terlihat sekali kalau kurang terawat.

Di sini, juga terdapat candrasangkala (penulisan angka tahun dengan kalimat) dalam bahasa Jawa kuno, berbunyi gajah wiku anahut buntut (hewan pendeta menyahut ekor). Maknanya merupakan angka 8, 7, 3, 1 kalau dibalik 1378 Saka.

Teras Ketiga Candi Sukuh

Pada teras ini, terlihat seperti bagian utama dari candinya. Terdapat pelataran luas serta relief dalam panel-panel di sebelah kiri serta bagian kanan memiliki banyak arca-arca. Tengahnya berbentuk bujur sangkar besar yang diduga untuk menaruh sesaji dulu.

Di sekitar tempat tersebut masih terdapat banyak bekas kemenyan, dupa, hio yang baru dibakar. Sepertinya, ada beberapa orang menggunakan tempat tersebut untuk memanjatkan doa, ya! Kalau berkunjung ke sana, usahakan jangan memainkan benda-benda tersebut.

Sebelah kiri candi induk bersi banyak relief yang menceritakan mitologi dari tempat ini. Namanya, Kidung (Dongeng) Sudamala. Ada pula patung kura-kura, garuda, celeng (babi hutan) serta gajah berpelana. Kesemuanya memiliki makna masing-masing.

Keunikan Candi Sukuh

Jadi, di sekitar candi utama terdapat peninggalan bergambar “kurang senonoh” yaitu arca lelaki tanpa kepala telanjang bulat dan pahatan bagian pribadi tubuh. Banyak orang berpikir begitu karena bentuknya menyerupai alat kelamin pria (Lingga) serta wanita (Yoni) dikelilingi rantai.

Tapi, jangan berpikir kotor dulu, karena itu merupakan lambang kesucian dan kesuburan umat Hindu. Lingga adalah simbol Dewa Siwa sedangkan Yoni milik istrinya, Dewi Parwati. Tentu, keduanya dipahat dengan suatu tujuan yang kadang disalah artikan masyarakat sekarang sebagai “pornografi”.

Banyak ahli sejarah berpendapat kalau kedua lambang tersebut ditaruh di depan karena siapapun yang melangkahi simbol itu, maka dirinya akan bersih dari segala dosa. Ketika datang ke candi untuk ibadah, hendaknya meninggalkan segala hal duniawi, utamanya seksualitas.

Mitos Candi Sukuh

Masih terkait dengan relief persenggamaan tadi, ternyata ada mitos yang melingkupinya juga. Sudah tahu belum, apa itu? Ya! Banyak calon suami istri ke sini sebelum pernikahan mereka berlangsung untuk menjalankan ritual menguji kesetiaan pasangan.

Jadi, calon istri diminta agar melangkahi relief tersebut memakai kebaya. Saat pakaiannya terlepas, maka ia telah berselingkuh. Bila kainnya robek, maknanya tidak perawan. Kalau lelaki terkencing-kencing sesudahnya, maka dia bukan perjaka. Percaya atau tidak, hal ini memang lumayan unik.

Adapula yang sudah menjadi sepasang suami istri datang ke sini untuk berdoa kepada leluhur dan dewa-dewi. Sama seperti makna dibangunnya candi, mereka menjalankan ritual tertentu agar segera diberi momongan. Bagaimana? Tertarik mencoba mitos ini juga?

Lihat juga : Candi Cetho yang menakjubkan

Perjalanan ke Candi Sukuh

Kalau ingin berwisata sejarah ke sini, pastikan motor Kamu benar-benar dalam keadaan prima. Kontur jalannya sedikit curam, berkelok-kelok dan naik turun. Sebisa mungkin agar tidak memakai mobil karena akan sulit saat masuk menuju lokasi.

Kalau Kamu berangkat rombongan, dari terminal Tirtonadi Kota Solo naik bus ke jurusan Tawangmangu dan turun di Pandan. Setelah itu, ganti dengan angkot sampai pertigaan Nglorong. Sampai sini, tunggu ojek yang akan mengantar sampai depan gerbang.

Biaya masuknya murah, hanya Rp.7.000,- per orang. Kamu bisa menikmati wisata sejarah ini sepuasnya. Ada beberapa pedagang juga namun letaknya agak jauh dari lokasi. Sebisa mungkin jangan merusak, membuang sampah sembarang atau mencuri sesuatu di candi.

Itulah tadi sekilas cerita tentang Candi Sukuh yang begitu terkenal dengan relief-relief “vulgar”nya. Sebisa mungkin, selalu jaga situs tersebut dari kerusakan, pencurian dan lainnya. Agar anak cucu Kamu masih tahu mengenai sejarah negarai ini dari pertama kali terbentuk.