Home » Kesehatan Kardiovaskuler » Memahami Bagaimana Skema Proses Pembekuan Darah Ketika Luka

Memahami Bagaimana Skema Proses Pembekuan Darah Ketika Luka

Ketika tangan teriris sedikit terkadang tidak khawatir akan kehabisan darah, hal ini karena memahami bahwa tubuh memiliki skema proses pembekuan darah.

Sehingga ketika terjadi luka akan segera tertutup secara alamiah serta darahnya tidak mengucur keluar sampai habis. Bahkan tanpa diplester, terkadang tidak khawatir, meskipun harus menahan perih.

Secara pengamatan umum ketika mengalami luka, perih pertama kali dirasakan. Sebagai pertolongan pertama biasanya dicuci terlebih dahulu menggunakan cairan pembersih, seperti revanol atau betadine.

Kemudian untuk menutup lukanya agar terhindar dari debu, biasanya ditambahkan plester. Selain terlindungi juga ketika tergesek tidak terasa perih.

Namun di dalam tubuh sendiri, meskipun di luar mendapatkan perawatan. Di bagian dalam juga memperoleh perawatan oleh sel – sel secara otomatis.

Ada berbagai pihak yang berperan penting, seperti trombosit dan leukosit. Memastikan bahwa pembuluhnya tertutup serta tidak ada darahnya yang berhasil merembes keluar.

Skema dari Proses Pembekuan Darah

Dalam aliran peredaran, terdapat berbagai jenis sel. Mulai dari eritrosit, leukosit, serta trombosit. Masing – masing memiliki perannya sendiri, eritrosit berperan mengangkut nutrisi serta oksigen ke seluruh sel serta jaringan.

Leukosit bertugas memburu benda – benda asing yang masuk. Serta trombosit baru menampakkan perannya ketika terjadi luka.

Setelah tubuh mengelami luka, contohlah mengalami lecet setelah terpeleset di halaman. Apabila ada darahnya yang keluar, maka menunjukkan terdapat pembuluh yang mengalami kerusakan.

Salah satu langkah pertama yang dilakukan adalah pembuluhnya merenggang, sehingga mempersempit lukanya. Kemudian trombosit berbondong – bondong menutupinya dan membentuk gumpalan agar tidak terjadi kebocoran.

Kemudian tubuh akan mengirimkan fibrinogen dan mengubahnya menjadi fibrin. Yaitu sebuah benang – benang tipis, membentuk jaring – jaring untuk memperkuat blokade yang telah dibentuk oleh trombosit sebelumnya.

Proses ini berlangsung, tubuh juga senantiasa mengirimkan zat – zan koagulasi (penggumpal) demi mempercepat proses penutupannya.

Setelah tertutup, tubuh tidak lagi mengirimkan zat – zat koagulasi. Hal ini dilakukan agar mencegah terjadinya penyumbatan dalam pembuluh darahnya.

Sedangkan leukosit langsung bersiaga menghadapi benda – benda asing ketika luka tersebut membuka. Proses ini berlangsung secara cepat untuk memastikan tubuh aman dari berbagai bahaya.

Faktor yang Mempercepat Terjadinya Penyembuhan

Pada skema proses pembekuan darah terdapat faktor pemercepat yang bertugas sebagai agen pertama dalam menghadapi luka.

Faktor – faktor tersebut di antaranya adalah adanya zat seperti fitrinogen, protrombin, kalsium, globulin akselator, stabilisasi fibrin, dan lain sebagainya. Prosesnya bekerja dalam satu skema untuk pembekuannya.

Keseluruhan faktor tersebut berperan penting dalam mempengaruhi kecepatan dari penutupan lukanya. Seperti contohnya fibrinogen akan diubah menjadi benang – benang fibrin.

Melalui stabilisasi fibrin, benang – benang tersebut akan dianyam dan dihubungkan, sehingga menjadi bantalan atau tembok yang kokoh, sehingga tekanan darahnya tidak mampu menembusnya dan terjadi kebocoran.

Kurangnya faktor koagulen ini berakibat pada lambatnya proses pembekuannya. Sehingga darahnya mengucur lebih lama serta lebih banyak dibandingkan yang memiliki jumlah normal.

Tentunya ini berbahaya sekali. Namun di sisi lain juga kelebihan kinerja faktor koagulen ini juga berpengaruh pada peredaran darahnya. Yaitu terjadi potensi penyumbatan karena pembekuan berlebihan.

Permasalahan Seputar Pembekuan Darah

Secara skema proses pembekuan darah, pada dasarnya membeku karena menghadapi stimulus berupa kerusakan pada bagian pembuluhnya, bisa diakibatkan oleh luka ringan maupun cukup serius.

Apabila sudah menutup, maka pembekuannya dihentikan, sehingga alirannya tidak terganggu serta terdapat sistem otomatis untuk melarutkan darahnya lagi.

Namun pada suatu kasus terdapat proses pembekuan di berbagai pembuluhnya meskipun tidak sedang mengalami luka.

Kondisi ini biasanya dipicu oleh beberapa kelainan lainnya, seperti mengalami permasalahan pada jantung, atau sedang menghadapi kanker.

Pengendapan tidak wajar ini sangat berbahaya, karena bisa mengurangi pasokan oksigen pada bagian tubuh.

Pada kasus tertentu ketika sudah sangat parah, bisa mengakibatkan stroke, terlebih apabila yang terkena serangan adalah aliran darah ke jantung.

Untuk mengatasinya sebenarnya cukup sederhana, yaitu mengonsumsi obat pengencer darah. Namun harus melalui konsultasi dokter terlebih dahulu, sehingga mampu memastikan kondisi serta penanganan yang lebih tepat.

Proses darah membeku merupakan bentuk perlindungan diri terhadap berbagai hal yang membahayakan manusia.

Salah satunya adalah kehilangan darah dalam jumlah besar serta mencegah masuknya berbagai benda – benda asing.

Melalui skema proses pembekuan darah diketahui bahwa terdapat faktor koagulan yang berperan aktif dalam menutup luka.