Pernah pergi di Solo? Jika iya, tentunya Kamu tahu tentang sejarah sebuah jalan terpanjang di Surakarta bernama Slamet Riyadi. Mungkin banyak yang belum tahu sebenarnya siapa orang tersebut hingga namanya diabadikan dalam beberapa nama jalan dan bangunan penting.
Siapa Itu Slamet Riyadi?
Siapa yang tak kenal Slamet Riyadi? Ya, mungkin Kamu belum pernah secara langsung bertemu atau berinteraksi langsung dengan sosok Beliau. Namun, namanya tidak asing lagi terdengar di telinga dan dalam sejarah, terutama bagi masyarakat Indonesia khususnya warga Kota Solo.
Tahun Kelahiran
Apakah Kamu tahu, kalau beliau memiliki nama lengkap yakni Ignatius Slamet Riyadi yang lahir di Kota Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 26 Juli 1927, putra ke dua dari pasangan Raden Ngabehi Prawiropralebdo dan Soetati.
Beliau lahir dari keluarga sederhana dengan nama asli Soekamto. Ayahnya merupakan seorang perwira tentara serta abdi dalem dari Kasunanan Surakarta, sedangkan Ibunya sehari-hari berprofesi sebagai penjual buah.
Ketika masih kecil, Soekamto seringkali mengalami sakit karena saat usia 1 tahun pernah terjatung dari gendongan ibunya. Keadaan itu menyebabkan tubuhnya menjadi kurus kering serta kondisi fisiknya lemah. Hal tersebut diceritakan dalam buku Mengenang Ignatius Slamet Riyadi (1996:9).
Ikut Orang Tua Asuh
Keluarga Soekamto menganut agama Katolik serta mempercayai ajaran Kejawen. Berdasarkan hal tersebut, kedua orang tuanya berupaya untuk memperbaiki kondisi anaknya dengan cara “menjualnya” kepada salah satu kerabat, yakni Warnenhardjo dan mengganti namanya menjadi Slamet.
Upaya tersebut ditempuh dengan melakukan serangkaian adat agar hidup anaknya selamat dan terhindar dari marabahaya. Mulai dari situ, Soekamto kecil resmi menyandang status nama barunya yakni Slamet , anak dari Warnenhardjo yang sejatinya adalah pamannya.
Meskipun statusnya berubah, Slamet tetap dibesarkan di rumah dan di bawah didikan kedua orang tua kandungnya. Di sisi lain sejak kecil beliau sudah terbiasa melakukan puasa “tirakat” dan beberapa dalam kepercayaan kejawen.
Sejarah Pendidikan
Slamet Riyadi menimba ilmu tingkat dasar yang didirikan oleh kelompok agamawan Belanda yang bernama Hollandsch Inlandsche School (HIS) Ardjoeno pada tahun 1940. Kemudian melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) afd B.
Beliau melanjutkan MULO afd B milik Mangkoenegara. Di sinilah tambahan nama Riyadi tersebut di sematkan agar menjadi pembeda, karena banyak siswa yang bernama Slamet. Selain itu, ketika duduk dibangku Sekolah Menengah orang tua kandungnya kembali “membelinya” dari sang paman.
Setelah tamat dari MULO, lalu melanjutkan pendidikannya di Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) hingga lulus dan mendapat ijazah navigasi laut. Bukan hanya itu, beliau juga meraih prestasi sebagai lulusan terbaik dengan nilai tertinggi.
Munculnya Semangat Berjuang Slamet Riyadi
Berbekal prestasinya, Slamet Riyadi melanjutkan karirnya sebagai navigator kapal kayu untuk berlayar ke antar pulau di Nusantara. Sampai pada tanggal 1 Maret 1942, ketika pasukan Jepang mulai mendarat di beberapa wilayah Merak, Indramayu dan Rembang dengan tujuan menginvansi Indonesia.
Pasukan Jepang yang beranggotakan lebih dari 100.000 orang lengkap dengan senjata dan peralatan tempur yang canggih, tidak mampu dilawan oleh tentara Hinda- Belanda. Hingga akhirnya, pada tanggal 5 Maret 1942 Solo dan Jogja yang saat itu menjadi ibu kota Negara mampu dikuasai.
Invansi yang dilakukan Jepang tersebut membuat bangsa serta masyarakat Indonesia menjadi sengsara di negaranya sendiri, kondisi tersebut menjadi pemicu terpanggilnya hati nuraninya untuk mengawali kiprah patriotismenya sebagai tentara nasional.
Kiprah dan Perjuangan Slamet Riyadi Memperjuangkan Kemerdekaan
Slamet Riyadi merupakan salah satu tokoh pemuda yang mempunyai peranan penting, dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan para penjajah. Sosok beliau sangat patut diteladani, karena selain berprestasi di bidang pendidikan juga memiliki jiwa patriot.
Awal Mula Berjuang
Beliau secara gagah tidak mengenal rasa takut berjuang demi kemerdekaan rakyat Indonesia. Tekat kuat yang dimilikinya, membuatnya berani menerobos ke markas Kempeitai yang dijaga ketat dengan cara meloncati tembok dan membongkar atap. Apakah Kamu juga sanggup melakukan itu?
Slamet Riyadi banyak melakukan tindakan heroik seperti di usia mudanya yakni dua puluhan sudah mampu membuat Letkol Van Ohl heran dan tidak menyangka, karena pasukan Belanda pimpinannya yang menduduki Solo bisa kalah serta porak poranda dengan taktik perang gerilya.
Prestasi dalam perjuangan
Tahukah Kamu, menjelang proklamsi di usia mudanya, Beliau banyak menorehkan prestasi, dan keberhasilan dalam memimpin pasukan. Terlebih untuk mengusir penjajah dengan cara merebut senjata tentara dan membawa kabur kapal milik Jepang. Hingga membuat beliau menjadi buronan.
Beliau juga mampu membentuk pasukan setingkat batalyon yang beranggotakan para pemuda terlatih eks dari Peta, Heiho dan Kaigun. Upaya itu bertujuan untuk merebut kembali kekuasaan baik secara politik dan militer Kota Solo dari tangan penjajah.
Setelah berhasil membentuk pasukan yang diberi nama Tentara Keamanan Rakyat (TKR), akhirnya beliau diangkat menjadi Komandan Batalyon II Divisi X ketika berusia 19 tahun. Karena terbukti cakap dalam memimpin pangkatnya terus meningkat.
Tugas Slamet Riyadi
Slamet Riyadi banyak mendapat tugas dan kepercayaan dalam menuntaskan misi kemerdekaan. Beliau juga merupakan prajurit tangguh yang pandai dalam mengatur strategi dan mengkoordinir anak buahnya.
Pasukan yang di pimpin oleh Slamet Riyadi banyak menyelesaikan permasalahan dengan keberhasilan. Sehingga, membuat beliau di percaya untuk menangani masalah tawanan, bahkan persoalan internasional.
Dampak Pertempuran
Dalam usaha merebut kembali kekuasaan di Kota Solo ketika masa peperangan, Beliau secara perkasa mengambil tindakan untuk melakukan serangan umum ke Surakarta, berjuang bersama pasukannya selama empat hari empat malam.
Pertempuran tersebut berdampak gugurnya 6 anggota militer Indonesia, 205 warga sipil meninggal serta 109 rumah penduduk hancur porak poranda. Meskipun demikian, pasukan yang dipimpin Slamet Riyadi berhasil menewaskan 7 tentara dan menawan 3 pasukan Belanda.
Dalam masa peperangan, batalyon yang di pimpinnya banyak meraih kemenangan hampir di semua peristiwa kepahlawanan. Sehingga, tidak heran kalau nama beliau banyak dikenal menjadi incaran utama pasukan Belanda dalam aksinya di Kota Solo ini.
Kronologi Gugurnya Slamet Riyadi
Pada 10 Juli 1950 Slamet Riyadi mendapat mandat untuk menumpas pemberontakan Kapten Abdul Aziz dan Republik Maluku Selatan. Tanggal 4 November dalam peperangan, beliau tertembak oleh segerombolan pasukan yang bersembunyi di benteng Victoria, Ambon.
Kejadian saat itu beliau mengira gerombolan yang bersembunyi di benteng tersebut dengan mengibarkan bendera merah putih adalah tentara Siliwangi. Namun salah ternyata, mereka merupakan pasukan pemberontak RMS.
Saat kejadian tersebut, dua pasukannya berusaha menarik tubuh Slamet Riyadi yang tertembak untuk selanjutnya di bawa ke rumah sakit kapa di Tulehu. Di tengah perjalanan dalam kondisi bersimbah darah, beliau masih memberikan komando kepada tentaranya.
Namun sayangnya, upaya untuk menyelamatkan beliau tidak berhasil. Slamet Riyadi menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 11 malam dengan meninggalkan istri bernama Soerachmi.
Gugurnya beliau di medan perang menjadi duka. Jasad Slamet Riyadi akhirnya dimakamkan pada tanggal 5 November 1950 di Tulehu atas permintaan masyarakat Ambon. Jadi hanya sebagian tanah kuburannya saja yang menuju Surakarta untuk disemayamkan.
Baca juga : biografi Gesang
Peninggalan Slamet Riyadi
Untuk mengingat jasa beliau dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, sampai gugur di medan perang. Pada tahun 2007 presiden Susilo Bambang Yudhoyono menobatkan Brigadir Jendral Ignatius Slamet Rijadi sebagai tokoh pahlawan nasional Indonesia.
Selain itu, guna mengingat perjuangan sosok beliau yang merupakan warga asli Surakarta, maka dibangunlah Monumen patung Slamet Riyadi setinggi 7 meter dari bahan perunggu. Bangunan tersebut diresmikan tanggal 12 November 2007 oleh Jendral TNI Joko Santoso.
Bukan hanya itu saja, nama beliau juga diabadikan sebagai julukan jalan utama di Kota Solo. Tidak kalah menarik, terdapat salah satu kampus ternama di Surakarta yang menggunakan identitas beliau yakni Universitas Slamet Riyadi.
Itulah perjalanan serta perjuangan salah satu tokoh pahlawan nasional Indonesia yakni Brigadir Anumerta Slamet Riyadi, yang telah berjuang mati-matian untuk kemerdekaan bangsa dan menorehkan banyak prestasi.