Home » Masjid » Kisah Syarat Masjid Agung Pemalang yang Penuh Liku Hingga Diresmikan

Kisah Syarat Masjid Agung Pemalang yang Penuh Liku Hingga Diresmikan

Masjid Agung Pemalang yang pembangunnya sempat menghabiskan waktu hingga 1,5 lamanya akhirnya selesai di tahun 2020, tepatnya bulan September. Bangunan kebanggaan dari warga Pemalang yang diresmikan oleh Bupati Pemalang serta tokoh agama bernama Forkopimda. Masjid diresmikan dengan nama Masjid Agung Nurul Kalam.

Syarat Pembangunan

Bagi pihak yang terlibat dalam pembangunannya, kisah mengenai syarat di balik megahnya masjid Agung Pemalang tidak lagi asing. Disampaikan oleh ketua dewan yakni Muntaha, disebutkan bahwa masjid ini sebenarnya telah dibangun sekitar tahun 1700 oleh seorang ulama berpengaruh bernama Mbah Nur Kalam.

Hingga kini, makam beliau terdapat di halaman belakang dari masjid. Dari nama inilah nama masjid Agung berasal. Ketika proyek pemugaran berlangsung, Muntaha dipercaya untuk mengawasi pembangunannya sebagai perwakilan dari pengurus masjid. Dirinya juga dipercaya untuk mencari sumur tua, syarat utama untuk pemugaran.

Muntaha yang mengaku masih berada dalam garis keturunan dari Mbah Kalam dimudahkan untuk menemukan sumur tua tersebut. lokasinya tidak terlihat langsung, sebab telah mengalami pengurukan. Meski berhasil menemukan sumurnya, masalah tidak selesai di sana.

Banyak pekerja di bidang penggalian sumur dan warga merasa enggan untuk menggali sumur karena takut. Pasalnya, sumur ini baru ditemukan pada kedalaman 3,5 meter. Akhirnya Muntaha memutuskan memanggil keluarganya di Pedurungan untuk membantu menggali.

Proses Penggalian Sumur

Sumur akhirnya digali bersama-sama dengan para pekerja. Namun, beberapa meter mendekati air, tiba-tiba seluruh pekerja terburu-buru keluar dengan panik. Sebagai pengawas, tentu Muntaha kaget dan menanyakan kenapa. Ternyata para pekerja mengatakan jika ada suara dari dalam.

Suara tersebut terdengar seperti “ojo jero-jero mengko ambruk”, artinya “jangan dalam-dalam, nanti runtuh”. Rupanya di bagian dalam sumur ada batu berbentuk persegi yang cukup besar. Batu ini akan dihancurkan dan diangkat, namun Muntaha diingatkan seseorang yang ia percayai untuk tidak melakukannya.

Sebab, batu tersebut dipercaya berfungsi untuk penjernih air ketika musim hujan maupun kemarau. Keanehan tidak berhenti di sana. Ketika merobohkan menara masjid, tiga pilarnya berhasil dipotong. Namun satu pilar yang tersisa sangat sulit untuk roboh bahkan kawat sling untuk menariknya putus.

Muntaha akhirnya mengajak saudara yang juga merupakan keturunan Mbah Kalam untuk bersama-sama memanjatkan doa serta tawasul. Hal ini dilakukan di area menara masjid yang hendak dirobohkan. Keesokan harinya masih belum berhasil roboh, hingga Muntaha meninggalkan proyek sejenak karena ada keperluan.

Ketika Muntaha baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba menara masjid tersebut roboh sendiri. Hal menarik lainnya yakni ada syarat kedua yang diminta oleh Bupati yakni membawa molo, yaitu blandar kayu bangunan yang sebelumnya.

Molo tersebut nantinya dipasang, lalu sebagian lainnya disimpan untuk dimuseumkan dan dijaga. Benda ini dipercaya dibawa Mbah Kalam kemari secara gaib. Dengan demikian masjid Agung Pemalang diperuntukkan bagi semua umat muslim tanpa melihat alirannya dan ramai didatangi masyarakat hingga saat ini.

Menyediakan Website Khusus

Saat ini, masjid Agung di Pemalang memiliki websitenya sendiri. Tujuannya yakni menjalin relasi dengan masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan masjid. Misalnya kegiatan yang diadakan, siapa imam yang bertugas di hari tersebut, jam digital masjid, sumbangan, visi misi, dan lain-lain.

Situs resminya ada di masjidagungpemalang.com dan dapat diakses kapan saja. Ini merupakan langkah yang bijak, mengingat media online menjadi platform yang mudah diakses masyarakat. Tidak lagi bingung untuk mencari informasi penting terkait berbagai hal, termasuk masjid Agung.

Demikian ulasan tentang masjid Agung Pemalang yang memiliki sederet cerita menarik dan menjadi wisata religi kenamaan kota. Kini kaum muslim di Pemalang memiliki kebanggaan monumental yang menaungi masyarakat untuk berbagai kegiatan positif untuk kepentingan bersama.