Home » Masjid » Sejarah Masjid Agung Jember, Jami’ Al Baitul Amien dan Arsitekturnya

Sejarah Masjid Agung Jember, Jami’ Al Baitul Amien dan Arsitekturnya

Di Jember, terdapat banyak masjid yang bernilai sejarah dengan sisi arsitektur yang unik. Salah satunya masjid Agung Jember, yang merupakan sebutan dari Jami’ Al Baitul Amien. Berada di jantung Jember, masjid ini dinilai sangat ikonik hingga mendapatkan julukan masjid keong.

Sejarah Masjid

Berdasarkan ketua umum masjid, Muhammad Husein, Al Baitul Amin adalah nama yang bermakna rumah aman milik Allah. Dapat diartikan juga sebagai rumah yang bisa dipercaya. Bangunan ini sudah ada sejak masa kolonial Belanda dan sudah mengalami beberapa kali renovasi.

Berdasarkan informasi, untuk membangun dan merenovasi bangunan megah ini membutuhkan dana hingga 1 miliar. Biaya yang paling banyak dialokasikan untuk relief bangunan serta pembangunan kubahnya. Bila melihat keseluruhan, masjid ini memang paling memfokuskan di kubah yang memayungi semua di bawahnya.

Saat melihatnya dari jauh, bahkan seolah tidak ada pilar penopang di masjid, karena terlihat kubahnya saja. Tidak dipungkiri, masjid Agung Jember lebih mudah ditemukan karena bentuknya yang khas tersebut.

Masjid ini kemudian mengalami renovasi hingga warnanya bernuansa emas. Adalah bentuk nazar dari Kasih Fajarini, istri dari Bupati Hendy Siswanto. Saat itu, beliau mengalami sakit parah. Renovasi tersebut dilakukan dengan pembiayaan pribadi, bukan melalui APBD.

Renovasi yang dilakukan meliputi pergantian warna cat di kubah, lantai di halaman masjid, pintu masjid, gerbang, pekarangan, dan lain-lain. Pemilihan warna emas dilakukan karena ada filosofi di baliknya. Bupati Hendy berpendapat bahwa Jember mulai memasuki masa keemasan.

Maksudnya adalah terdapat semangat serta motivasi untuk maju meski di tengah pandemi yang penuh tantangan. Emas melambangkan penyemangat untuk bangkit, bersatu, dan bergotong royong. Warna ini juga menyerupai daun tembakau, disebut dengan daun emas.

Jember sendiri termasuk produsen tembakau yang produktif, terutama na oogst, bahan untuk pembuatan cerutu yang berkualitas ekspor. Masjid ini menjadi termasyhur, sebab sejak  1970-an bukan hanya dibiayai pemerintah daerah. Melainkan juga masyarakat, dengan menjual botol serta kaleng bekas.

Arsitektur Masjid

Jika melihatnya sepintas, keunikan arsitektur bangunan masjid Agung Jember langsung terlihat dari bentuknya yang setengah lingkaran. Dari sinilah julukan masjid keong berasal. Arsitektural ini membuatnya berbeda dari berbagai masjid di nusantara. Bentuknya menyerupai kubah (dome) yang sangat khas.

Gedung masjid juga sempat dikira sebagai gedung DPR, karena kemiripannya. Hal ini sebenarnya sesuai permintaan dari Bupati Jember ketika itu yakni Abdul Hadi. Bahkan dilakukan sayembara untuk menemukan hingga 13 desain untuk memperindah masjid.

1. Bagian Eksterior

Tidak tanggung, tujuh kubah dibangun secara bertumpuk pada bagian atas masjid. Jadi tidak ada bangunan atap yang dibuat khusus seperti masjid pada umumnya, karena kubah itulah yang menjadi atapnya. Belum lagi corak berwarna kuning keemasan yang menghiasi pintu utama.

Masjid Agung Jember juga memiliki filosofinya sendiri. Dibangunnya tujuh kubah di sini secara berdempetan memiliki makna jika umat Islam menjunjung kedekatan, menjalin silaturahmi sehingga hubungannya lebih kokoh. Angka tujuh juga merupakan simbol dari diciptakannya alam semesta.

2. Bagian Interior

Di ruang utamanya, tepat di bawah kubah, plafon yang begitu megah bisa langsung terlihat. Plafon ini ditopang sebanyak 17 pilar, semuanya berjejer rapi. Angka 17 melambangkan jumlah rakaat shalat dalam sehari, serta 17 Ramadhan yang merupakan Nuzulul Qur’an.

Dindingnya juga didominasi tulisan kaligrafi berupa perintah menjalankan rukun Islam. Selain itu juga ada jam masjid yang membantu jamaah untuk memastikan jadwal sholat dengan lebih akurat.

Demikianlah pembahasan mengenai masjid Agung Jember yang memiliki filosofi mendalam dan memiliki penampilan menawan dengan nuansa kuning keemasan. Dengan banyaknya peran dari masyarakat dalam proses pembangunannya, masjid ini diharapkan dapat menjadi wisata religi kedepannya.