Banyak cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas apa yang diberikan baik dari Tuhan ataupun dari sesama manusia. Salah satu bentuk paling umum dan mudah adalah dengan mengucapkan terima kasih. Terdapat beberapa varian ucapan pada bahasa Jawa terima kasih.
Uniknya Bahasa Jawa
Anda mungkin sering melihat di layar kaca beberapa selebritis yang berasal dari daerah Jawa baik dari Jawa Tengah, Yogyakarta atau Jawa Timur yang menggunakan Bahasa Jawa sebagai media komunikasi yang seringnya bersifat humor.
Patut diketahui, bahwasannya bahasa Jawa merupakan bahasa dengan penutur banyak di Indonesia karena banyaknya jumlah suku Jawa yang tersebar di semua provinsi. Dengan mempelajarinya, Anda bisa berkomunikasi dengan penduduk asli jika suatu saat akan tinggal di pulau Jawa.
Ucapan medok dan juga kelihatan ndeso merupakan salah satu stereotype bagi mereka yang memliki lidah asli Jawa. Ungkapan-ungkapan seperti matur suwon, matur sembah nuwon, ora iso, sering dilontarkan para pesohor yang biasanya berasal dari Solo, Jogja, Semarang, Surabaya dan Malang.
Bahasa Jawa Terima Kasih
Salah satu hal yang sering diperlihatkan adalah ucapan terima kasih dalam Bahasa Jawa. Sebut saja suwon, matur suwon dan juga matur sembah nuwon. Karena terdapat beberapa variasi pengucapan, maka alangkah baiknya mengetahui masing-masing aturan penggunaannya.
Di dalam bahasa Jawa, terdapat jenis tingkatan Bahasa yang berdasarkan nilai kesopanannya. Hal ini dikarenakan, budaya Jawa yang sangat menjunjung tinggi norma dan etika, atau yang biasa disebut dengan unggah-ungguh.
Tingkatan dalam Bahasa Jawa
Ada dua jenis tingkatan-tingkatan yang digunakan dalam bahasa Jawa yaitu basa ngoko dan bahasa krama.
1. Ngoko Kasar
Basa ngoko adalah bahasa kasar yang digunakan untuk komunikasi sehari-hari antar teman dan sejawat yang seumuran.
Bahasa ngoko atau kasar ini sering merujuk pada tingkat keakraban dari penggunanya, karena sebagaimana disebutkan sebelumnya jenis ini digunakan oleh para pemuda dan pemudi Jawa, orang yang sederajat, seumuran dan akrab.
Basa ngoko ini kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu ngoko lugu (ngoko yang sangat kasar) dan ngoko alus yang lebih sopan. Perbedaan keduanya terletak pada jejer dan juga wasesanya. Jadi bisa dilihat dari pilihan katanya.
Jejer adalah istilah subjek dalam bahasa Jawa, sedangkan wasesa adalah jenis kata kerja. Jadi bentuk ngoko alus dan kasar dapat dilihat dari pilihan kata yang menunjukkan atau menggunakan kata ganti orang.
2. Krama
Basa yang kedua adalah krama atau bahasa yang halus. Jenis ini digunakan untuk bercakap-cakap dengan orang yang lebih tua atau orang yang dihormati. Bahasa ini sama seperti sebelumnya juga dikategorikan menjadi dua yaitu krama lugu/madya yang bersifat lumayan kasar dan krama inggil sebagai kebalikannya.
Basa krama ini juga dibedakan dari jejer (subjek) jika menggunakan kata ganti orang dan juga wasesanya (kata kerja). Untuk mengetahui bentuk keduanya, Anda bisa mengecek pada kamus bahasa Jawa atau pepak, karena tersedia banyak contohnya.
Ambil suatu contoh pada kalimat ini ‘Kamu membeli gula di pasar’, dalam bahasa Indonesia Kamu adalah subjek, membeli adalah predikat, gula adalah objek, sedangkan di pasar merupakan keterangan tempat. Dalam bahasa Jawa juga memiliki pola kalimat yang sama.
3. Bahasa Jenis Lainnya
Jika menggunakan ngoko lugu, maka kalimat yang akan diterjemahkan menjadi ‘Awakmu tuku gulo ning pasar’. Dengan rincian, awakmu sebagai jejer dan tuku menjadi wasesa, dua kata ini bisa diperhalus berdasarkan tingkat kasopanannya.
Untuk ngoko alus kalimat tersebut akan berubah menjadi ‘Sampeyan tumbas gula wonten peken’. Anda bisa melihat beberapa perubahan yang terjadi pada masing-masing kata baik jejernya, wasesanya, bahkan keterangan tempatnya juga berubah.
Krama lugu kalimat itu akan berubah menjadi ‘Panjenengan tumbas gendhis wonten peken’. Kemudian dalam bentuk yang lebih halus lagi menjadi ‘Panjenengan nipun mundhut gendhis wonten peken’. Tidak hanya jejer dan wasesanya yang berubah, namun juga objek(lesan) dan keterangan (katrangan).
Contoh Bahasa Jawa
Untuk menambah pemahaman, Anda bisa melihat contoh yang satu ini. Kalimat ‘Simbah isih turu’ (kakek sedang/masih tidur) termasuk jenis basa ngoko lugu yang sering digunakan sehari-hari oleh mayoritas generasi milenial penutur Jawa.
Kemudian dalam bahasa ngoko alus, kalimat itu akan berubah menjadi ‘Simbah lagi sare’. Anda juga bisa melihat bahwa yang berubah adalah dua kata setelah subjek. Terutama bagian kata kerjanya yang sangat signifikan dalam perubahan tingkat kesopanannya.
Dalam bahasa krama lugu kalimat itu bisa ditulis menjadi ‘Simbah saweg tilem’. Penting untuk diingat, kata yang berubah adalah kata ganti orang, jika subjek merujuk pada pelakunya secara langsung maka tidak diubah.
Baca juga : mengenal aksara jawa lengkap
Tingkat Kesopanan Bahasa Jawa
Tingkat kesopanan berikutnya adalah krama alus, kalimat itu bisa berubah menjadi ‘Simbah saweg sare’. Bisa dilihat basa krama yang satu ini merupakan kombinasi antara kata kedua dalam krama lugu dengan wasesa yang sama dengan ngoko alus.
Kembali kepada bahasa Jawa terima kasih, jika sebelumnya telah dijelaskan secara singkat perbedaan penggunaan ngoko lugu, ngoku alus, krama lugu dan krama alus, maka dengan mudah bisa dikenali beberapa bentuk ucapan terima kasih.
Dalam bahasa Jawa, biasanya ada dua ucapan terima kasih yang sering digunakan yaitu ‘matur nuwun’ dan ‘matur suwun’. Menurut Bausastra, kamus besar bahasa Jawa, matur berasal dari kata ‘atur’ ‘tutur’ yang berarti ucapan. Jadi kata matur bisa diartikan sebagai bentuk penyampaian rasa secara lisan.
Sedangkan kata ‘nuwun’ artinya terima kasih atau dapat diartikan juga sebagai sesuatu yang menjelaskan tentang penghormatan ataupun penghargaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa frasa ‘matur nuwun’ artinya mengungkapkan rasa syukur dan hormat.
Frasa matur nuwun dapat dikategorikan sebagai jenis basa krama ngoko sering digunakan oleh orang yang lebih muda terhadap orang tua atau dihormati. Sebagai contoh jika menerima hadiah dari mereka, Anda bisa mengucapkan ‘Matur sembah nuwun pak/buk’.
Sedangkan ucapan yang kedua adalah ‘matur suwun’. Sebagaiamana makna kata ‘matur’ telah dijelaskan sebelumnya, maka makna ‘suwun’ sebenarnya adalah meminta atau permintaan. Ada beberapa orang yang menilai bahwa ungkapan ini sebenarnya kurang tepat sebagai jenis ucapan terimakasih.
Jika kita gabungkan dua makna dari kata ‘matur’ dan ‘suwun’ maka secara harfiah akan diperoleh arti ‘mengucapkan minta’ yang terdengar kurang tepat. Namun, karena sering diucapkan oleh penutur Jawa terutama di kalangan anak muda, maka artinya bisa dipahami.
Karena ‘matur suwun’ diucapkan oleh para pemuda atau untuk keakraban, maka frasa ini bisa masuk dalam jenis basa ngoko. Ambil suatu contoh, jika menerima sesuatu dari temen atau mendapatkan bantuan, Anda bisa mengucapkan ‘Matur suwun mas/mbak’.
Sebagai tambahan bahasa Jawa terima kasih, untuk menunjukkan betapa bersyukurnya Anda atas sesuatu yang diberikan dan untuk mengungkapkan rasa bahagia, bisa mengucapkan kedua frasa tersebut dengan ditambahi kata ‘sembah’ atau ‘sanget’ yang bermakna sangat-sangat berterima kasih.