Indonesia merupakan negara yang kaya akan adat dan budaya, begitu pula dengan bahasanya, terdapat sangat beragam untuk setiap daerah. Tidak terkecuali adalah pulau Jawa yang memiliki bahasa daerah dan tulisan uniknya sendiri, yakni aksara Jawa lengkap.
Mengenal Aksara Jawa
Bagi orang Jawa mungkin nama ini sudah tidak asing, namun berbeda dengan mereka yang tidak terbiasa harus mempelajarinya dahulu. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan pula bahwa orang Jawa sendiri tidak tahu aksaranya.
Nah, aksara Jawa lengkap ini sebenarnya adalah huruf-huruf yang menurukan turunan dari aksara Brahmi. Umumnya digunakan untuk menulis karya sastra berbahasa, namun sebagian daerah selain Jawa juga terkadang menggunakannya, seperti Sunda, Makassar, Sasak dan Melayu.
Huruf-huruf Jawa ini dikenal dengan Hanacaraka yang telah digunakan sejak Kerajaan Mataram berdiri, yakni sekitar abad ke-17. Sebenarnya, aksara ini merupakan sebuah gabungan antara huruf Kawi dan Abugida yang menjadikannya khas.
Untuk mempelajari aksara Jawa lengkap lebih dalam dan memahami bagaimana aksara tersebut diaplikasikan dalam sebuah tulisan, maka perlu Anda pahami hal-hal berikut ini:
Jenis-jenis Aksara Jawa
Setiap bahasa atau aksara pasti memiliki aturannya sendiri supaya dapat dibentuk menjadi sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Begitu pula dengan Aksara Jawa ini, ia memiliki beberapa tata cara khusus untuk lebih mudah dalam memahaminya.
Jika dilihat dari fungsinya, maka aksara ini dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu aksara carakan atau huruf dasar, aksara swara serta angka Jawa. Ketiganya pun memiliki karakter dan bentuknya masing-masing yang harus dipahami.
Di antara Aksara Jawa ini terdapat aksara Carakan yang digunakan sebagai huruf dasar, layaknya A, B, C, D dalam bahasa latin. Kemudian, terdapat juga pasangan untuk setiap huruf yang memiliki fungsi berbeda-beda. Lantas, bagaimana uraian lengkapnya?
1. Aksara Carakan
Aksara Carakan merupakan huruf dasar yang terdapat dalam aksara Jawa. Sistem penulisannya adalah dari kiri ke kanan. Setiap huruf tersebut mewakili satu suku kata yang memiliki makna berbeda. Adapun penyebutannya melambangkan vokal /a/ atau /o/.
Apabila menulis menggunakan aksara ini, maka mustahil akan ditemukan spasi karena memang tidak digunakan. Jadi, sebelumnya memang harus tahu dan bisa membedakan dulu antara huruf satu dengan yang lainnya.
Nah, untuk aksara ini sendiri dibedakan menjadi dua bentuk yang saling melengkapi, di antaranya adalah aksara dasar atau huruf konsonan dan pasangan. Untuk bentuk yang kedua ini juga memiliki karakternya sendiri-sendiri.
Cara penulisan dari pasangan ini pun berbeda, yakni ditulis di bawah huruf konsonan (nglegena) dan di sampingnya. Kemudian ada pula sandhangan yang berfungsi sama layaknya harakat jika di dalam bahasa Arab.
2. Pasangan Aksara Carakan
Telah di jelaskan sebelumnya mengenai pasangan aksara Jawa, dimana merupakan sebuah sandhangan untuk mengubah vokal dari huruf dasar, menandakan ejaan tiap huruf serta vokal mati atau konsonan akhir. Dengan begitu, pembaca tidak akan kebingungan untuk memahaminya.
Mudahnya, pasangan ini digunakan untuk mematikan huruf akhir supaya dapat dibaca dengan benar. Contohnya adalah “mangan roti” , nah aksara Jawa ini kan berbentuk ‘ha na ca ra ka” dengan akhiran huruf vokal.
Maka, supaya tidak tetulis “manganroti”, maka harus digunakan pasangan untuk mematikan aksara sebelumnya, yakni Na menjadi N (istilahnya adalah paten). Jadi, yang diperlukan adalah dengan memberikan pasangan dari huruf setelahnya atau Ra supaya dapat dibaca N.
Untuk lebih mudahnya, berikut adalah contohnya:
Aturan Aksara Jawa
Aksara Jawa ini memiliki aturan khusus yang dibutuhkan untuk menulis sebuah kata atau kalimat modern. Sebab, tidak semua kalimat sekarang ini cocok dengan huruf Jawa, oleh karena itu perlu penyesuaian supaya pengucapannya tepat.
- Tha, dimana huruf ini memiliki pengucapakan yang berbeda dengan huruf T biasanya. Ia diucapkan hampir sama dengan huruf /d/, namun tidak diberatkan.
- Dha, yang merupakan jenis d-retofleks harus dibunyikan dengan vokal yang diletupkan.
- Ha, yaitu huruf yang terdapat 2 pengucapan, yakni /a/ dan /ha/. Keduanya berbeda, tergantung dari peletakannya. Misalnya, dibaca /a/ ketika berada di awal kata, atau /ha/ ketika di Tetapi, tidak berlaku bagi penulisan nama dan bahasa asing.
- Da, yakni merupakan pengucapan huruf /d/ seperti latin, jadi berbeda dengan bunyi /d/ bahasa Indonesia atau Melayu.
Sandhangan dan Tanda Baca Aksara Jawa
Aksara Jawa ini pun juga memiliki sebuah sandhangan, dimana maksudnya adalah untuk merubah huruf vokal yang terdapat pada huruf Jawa. Atau bisa dikatakan sebagai aksara vokal tidak mandiri dan digunakan pada tengah kata atau kalimat saja.
Sandhangan ini pun berbeda dengan aksara swara, dimana kebanyakan orang masih sulit untuk membedakannya. Huruf swara ini memiliki pasangan sedangkan sandhangan tidak. Mudahnya adalah, ia merupakan huruf vokal maupun mati layaknya ‘harakat’ untuk memudahkan membaca.
Selain itu, dalam aksara Jawa juga terdapat tanda baca untuk sebuah kalimat. Namun, sayangnya dalam bahasa ini tidak memilikinya dengan lengkap. Ia tidak memiliki tanda seperti tanda seru, tanda tanya dan sejenisnya serta memiliki bentuk berbeda.
Aksara Murda
Aksara murda adalah huruf kapital dalam penulisan Aksara Jawa. Biasanya huruf besar yang dimaksud ditujukan untuk menulis sebuah nama atau tempat. Jadi, tidak semuanya menggunakan aksara murda tersebut.
Umumnya, aksara ini digunakan untuk menulis gelar, nama instansi, nama geografi, nama orang dan lembaga. Meskipun begitu, aksara murda hanya terdapat 8 huruf saja, jadi tidak semuanya bisa menggunakannya.
Selain itu, terdapat hal yang perlu diperhatikan jika menulis dengan menggunakan aksara murda. Di antaranya, ia tidak bisa digunakan sebagai konsonan penutup (sigeg) atau huruf akhir dalam sebuah suku kata. Apabila menemui kasus sigeg, maka harus ditulis huruf pokoknya.
Kemudian, jikalau menemui dua akasara murda dalam satu suku kata, maka bisa menuliskan yang paling depan saja atau menggunakan keduanya. Jadi, itulah aturan penggunaan aksara murda dan tidak bisa digunakan secara sembarangan.
Aksara Rekan
Aksara rekan merupakan bentuk dalam menulis kata serapan dan dipengaruhi oleh huruf hijaiyah atau Arab. Di antaranya adalah f, kh, z, dz dan gh. Jadi, ia ada untuk keperluan huruf asing, sebab beberapa kata dari negara asing tidak terdapat di dalam aksara Jawa.
Kemudian, aksara ini pun yang memiliki pasangan hanyalah huruf /f/, sedangkan lainnya tidak memiliki. Namun, dalam praktik penulisannya dapat menggunakan pasangan serta bisa menggunakan sandhangan atau tanda baca layaknya huruf lain.
Itulah beberapa informasi terkait aksara Jawa yang akan membantumu untuk lebih memahami tentang bentuk, cara penulisan dan cara membacanya. Untuk mempelajarinya pun mungkin akan sedikit sulit dan perlu daya ingat kuat untuk mengingat setiap bentuk dari huruf ini.
Selain itu, Anda juga perlu mengetahui aturan-aturan penulisan yang berlaku. Namun, sebenarnya intinya sama saja seperti bahasa lain. Perbedaannya hanyalah pada bentuk dan cara penulisannya. Jika aksara Jawa lengkap dipelajari dengan benar, ini akan menjadi cukup mudah dipahami.